Aku membelok ke arah gang kecil dekat caffe yang masih buka bahkan terlihat sangat ramai sekali , padahal waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam . Gang sempit itu kini menuju sebuah taman yang sepi . Mungkin tempat ini yang paling sepi dari setiap tempat di kota ini .
Bangku taman yang kini mulai diselimuti salju yang sangat lebat itu dulu memiliki banyak kisah . Terlebih lagi bangku itulah yang menjadi saksi bisu perpisahan tragis kita . Perpisahan di bulan desember . Perpisahan yang sama sekali tak pernah ku harapkan tapi mugkin sudah sangat kau inginkan sejak lama .
Aku diam di depan bangku taman yang sudah sepenuhnya tertutup salju dengan tebal. Tanpa terasa air mata sialan ini kembali keluar , setelah dua tahun aku berusaha melupaknnya . Setelah kenangan pahit itu perlahan-lahan ingin ku buang . Tapi di bulan yang sama saat kisah itu terjadi . Kini aku melakukannya lagi . Mengembalikan kisah pahit yang kau ukir .
Perbedaan pendapat antara kau dan aku . Perbedaan ke yakinan antara kita . Dan beberapa perdebatan lain yang selama ini menjadi pemicu pertengkaran kita . Dan dengan sikapmu yang selalu mengalah , dan selalu mengerti dengan kelakuanku yang sering kali membuatmu harus menahan sakit hati. Menahan agar aku tidak marah dan terluka . Semua ini salahku. Karena sikapku yang tak pernah mengerti akan kemauanmu , sikapku yang terlalu menyakitimu . Dan pada akhirnya kau berada di titik jenuhmu dan memutuskan untuk meninggalkanku . Meninggalkan aku ketika rasa sayangku padamu mulai membesar dan tidak ingin lepas darimu .
Tapi kini terlambat. Kau pergi. Dengan ciuman terakhir di bulan desember di bawah salju yang dingin dan diantara derasnya airmataku yang jatuh . Aku dengan erat menggenggam tanganmu tapi katamu aku terlambat . Dengan hati yang hancur aku harus melihatmu melepaskan genggamanku . Dan perlahan lahan kau pergi meninggalkan luka yang dalam bagiku. Pria yang ku abaikan kasih sayangnya kini telah pergi untuk selama-lamanya . Mencari pengganti ku . Wanita yang lebih mengerti kamu dan mau menghargai semua pengorbananmu . Wanita yang selalu membahagiakan dirimu tidak seperti ku yang hanya bisa membuatmu terluka .
Ku tatap punggung tegapmu perlahan-lahan mulai hilang di kegelapan bulan desember yang dingin. Priaku kini telah pergi . Meninggalkan sebuah ciuman mesra untuk terakhir kalinya .
0 komentar:
Posting Komentar